February 13, 2013

Versus2

Awalnya hanya debat berdarah percakapan tentang jurnal, isu pilihan raya, oppa gangnam style penang dan humiliation on Najib, poligami dan topik penghantar buka puasa biasa. Tapi biasanya berakhir dengan teori semrawut penuh makna untuk diri masing-masing.

People say, that's exactly what true journey-mate means.

X: Jadi, apa yang berubah dari hidupmu selain status relationship di muka buku dan social media?

Y: Selain banyak berkurangnya waktuku bersliweran seperti biasanya? Atau selain form ijin yang harus diisi  setiap kali aku buka pintu rumah? Emm, sepertinya sih nggak banyak. Memangnya apa yang mesti berubah?

X: Gemblung, maksudku perasaanmu! Apa kepercayaanmu pada cinta dan atributnya sudah berubah?

Y: Hahahaha...penting buatmu? Rasanya sih nggak ya! Tapi kalaupun kepercayaanku berubah, aku pastikan tidak akan membiarkannya berkembang subur dan menyesatkan akal sehatku. Cukuplah pengalaman hidupku mengajarkan, selain tuhan dan dirimu sendiri...adalah kesalahan besar menggantungkan kehidupan dan kebahagiaanmu pada orang lain.

X: Iya, aku pikir kau mulai berubah haluan dan mengistirahatkan sayap-sayapmu. Tapi, apa kamu bahagia?

Y: Maksudmu, apa aku bahagia dengan keputusanku? Atau aku bahagia karena ada orang lain tempatku berbagi? Atau bahagia karena telah mengurangi populasi jomblo di dunia ini? Bahagia karena membuat orang-orang berhenti menanyakan statusku? Atau apa?

X: Karepmu lah!

Y: Well, kamu tahu bahagiaku tidak ditentukan oleh hal-hal yang remeh begitu. Kamu yang bilang dulu, bahwa raga kita terlalu bodoh untuk mengimbangi kecepatan jiwa. Bahwa ruh kita jauh melampaui rasa-rasa fisik. 
Tapi, for the sake of the argument, aku pastikan bahagia karena mengurangi beban tanggung jawab ibu dan adikku. Dan akan aku pastikan untuk sedikit mungkin menjadi beban siapapun untuk ke depannya.

X: Baguslah, secara hidupmu sulit dimengerti akal kebanyakan.

Y: Hmm...entahlah. Tapi kita tidak dibenarkan untuk mempertanyakan apalagi meragukan takdir dan keputusan tuhan, bukan? Usaha terbaik kita hanya menjalani peran yang diberikan.

X: Benar, dan mungkin kamu harus ingat bahwa harga yang harus dibayar untuk sikap hidupmu itu sangat mahal. Jalan yang sepi. Jalan yang sulit, dan mungkin episode baru yang menambah koleksi lukamu.

Y: Sayap kita harus mampu tetap terbang meski penuh luka, itu katamu dulu. Angin, hujan, dan pelangi yang akan membuat luka-luka itu kering.

X: Kamu masih punya pilihan untuk menyerah dan membiarkan sayap-sayapmu istirahat.

Y: Apa aku harus memilih itu?

X: Tanyalah hatimu, menjadi orang kebanyakan juga bukan sebuah dosa.

Y: Dan harga yang harus kubayar?

X: Berhenti bermimpi dan hapus keinginan untuk melesat terbang melangit.

Y: Lalu akan menjadi apa aku?

X: Entahlah, mungkin memori usang. Seperti kebanyakan. Tapi itu juga bukan pilihan buruk.

Y: Yah..born-consume-mate-die. Dan hidup dengan penyesalan, mungkin.

X: Price to pay for a convenient and easy life. But it's one of your options too, FYI!

Y: Alright, I'll think about it.

(Lalu kami pun tertawa sangat keras, lalu terdiam lama)


#Tuhan tahu tapi Dia menunggu#

0 comments: